Meraih Berkah Harta

Date

Oleh: Mas Imam Nawawi (Pembina Pesmadai)

Sebagai manusia satu sisi kebutuhan yang harus dipenuhi adalah harta. Rasulullah SAW sendiri mendorong sebagian sahabatnya untuk menekuni keahlian yang dapat menghasilkan harta, entah melalui berdagang atau bertani.

Di sisi lain, Islam telah menegaskan bahwa satu di antara hal yang disenangi oleh setiap anak Adam adalah harta.

“Dijadikan terasa indah dalam pandangan manusia cinta terhadap apa yang diinginkan, berupa perempuan-perempuan, anak-anak, harta benda yang bertumpuk dalam bentuk emas dan perak kuda pilihan,hewan ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup didunia, dan disisi Allah-lah tempat kembali yang baik.” (Q.S.Ali Imran [3]:14).

Jadi, sudah barang tentu manusia tidak bisa lepas dari yang namanya harta. Meski demikian tetap ada kaidah yang harus ditegakkan dalam menyikapi masalah harta ini.

Pertama, jadikan sarana selamat di akhirat. Harta harus menjadi kendaraan atau sarana (wasilah) diri kita selamat di dunia dan di akhirat. Caranya adalah dengan memperbanyak atau konsisten sedekah.

“Jagalah diri kalian dari neraka meskipun hanya dengan sedekah setengah biji kurma. Barangsiapa yang tak mendapatkannya, maka ucapkanlah perkataan yang baik.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Kedua, jadikan harta sebagai penggerak perubahan dan kemaslahatan.

Jika diri termasuk orang yang Allah anugerai rezeki melimpah, lebih dari kecukupan, maka jadikan nikmat itu sebagai penggerak perubahan umat dan kemaslahatan umat. Seperti diteladankan oleh Utsman bin Affan yang membeli Sumur Rouma kemudian mewakafkan untuk kaum Muslimin, sehingga umat Islam tidak lagi mengalami krisis air.

Langkah ini bisa dimanivestasikan dalam banyak program kemaslahatan umat. Mulai dengan membantu beasiswa sekolah anak pedalaman atau pun bantuan untuk lahirnya generasi yang cerdas dan religius, seperti yang dilakukan oleh Pesmadai ini.

Ketiga, belanjakan harta di jalan Allah. Satu di antara cara membelanjakan harta di jalan Allah adalah dengan memberikan hibah.

Hibah adalah pemberian kepada orang lain dengan tanpa imbalan dan tanpa sebab mengapa memberikan sesuatu itu dan tidak ada yang diharap selain kebaikan di alam akhirat.

“Siapa yang diberi kebaikan oleh saudaranya dengan tidak berlebih-lebihan dan tidak karena diminta maka hendaklah diterima dan jangan ditolak. Karena sesungguhnya, yang demikian itu adalah rezeki yang diberikan Allah kepadanya.” (HR. Ahmad).

Namun demikian, umumnya hibah di pahami sebagian besar umat Islam di Tanah Air adalah memberikan sebagian harta berupa tanah, rumah, atau kendaraan yang berharga tinggi dan diserahkan untuk kepentingan umat yang ditandai dengan adanya serah terima.

Pada prinsipnya ada banyak jalan meraih berkah dengan harta. Dan, ingat setiap harta yang dibelanjakan di jalan Allah, itulah harta yang sesungguhnya akan kita nikmati baik berupa balasan di dunia maupun di akhirat.

Hamba berkata, “Harta-hartaku.” Bukankah hartanya itu hanyalah tiga: yang ia makan dan akan sirna, yang ia kenakan dan akan usang, yang ia beri yang sebenarnya harta yang ia kumpulkan. Harta selain itu akan sirna dan diberi pada orang-orang yang ia tinggalkan. (HR. Muslim).

Harta yang ia beri maknannya adalah harta yang dibelanjakan di jalan Allah entah dalam bentuk infaq atau pun lainnya. Dan, sungguh harta yang diinfaqkan di jalan Allah tidak akan pernah berkurang.

Jadi, bersegeralah meraih berkah dengan harta, karena itulah cara terbaik selamat di dunia dan di akhirat. Atau dalam bahasa yang lain, kaya di dunia, kaya di akhirat.*

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

More
articles

id_ID
id_ID
Scroll to Top