Dalam hiruk-pikuk kehidupan ini, seringkali kita mendapati diri kita terjebak dalam labirin keputusan yang membingungkan. Terutama dalam mengambil keputusan-keputusan sulit yang menentukan masa depan. Beberapa hari belakangan, banyak sekali saya menerima nasehat dan pelajaran dari beberapa guru intelektual saya. Terutama dalam pengambilan keputusan yang baik dan benar. Sepertinya, doa yang sudah lama dipanjatkan, dikabulkan oleh Allah.
Satu nasehat yang langsung nusuk kedalam jiwa yang membuat rasanya ingin setiap hari bersama guru intelektual saya mendengarkan nasehatnya lagi. Nasehatnya simpel, tapi berat maknanya: hilangkan keraguan dalam mengambil keputusan. Mendengar kata-kata nasehat ini, ibaratnya seperti matahari terbit di ujung laut yang tenang. Cahayanya memancar hangat dan memeluk segala sudut jiwa dengan kelembutan.
Lebih luas saya memaknai nasehat itu adalah keraguan dalam mengambil keputusan dapat menimbulkan efek negatif yang besar untuk kita dan bahkan lingkungan sekitar. Analoginya seperti menyetir mobil di persimpangan jalan. Bayangin saja ketika ingin berbelok tetapi ragu-ragu. Akibatnya, mobil malah nge-blunder ke mobil lain yang datang dari arah berlawanan. Sama halnya dengan mengambil keputusan. Kalau ragu-ragu, bisa-bisa nasib kita seperti mobil tadi, nyasar dan kacau balau.
Namun, bukan hanya menghilangkan keraguan saja. Ada hal menarik juga dalam mengambil keputusan, yakni sikap tegas dalam bertindak. Tidak dapat dipungkiri bahwa orang yang tegas sudah memiliki bekal wawasan dan info yang cukup untuk mendukung keputusannya. Jadi saat mengambil keputusan, tidak cuma ngelantur seenak jidat. Kudu dipertimbangkan segala aspek yang mungkin akan berpengaruh.
Bayangkan saja ketika ingin memilih temppat makan. Tidak bisa asal-asalan pilih tanpa memikirkan kualitas, rasa, dan budget yang dimiliki. Kalau tidak, bisa-bisa perut bakalan jadi korban. Intinya adalah jangan hanya bermodal nekat, tapi harus difikirkan matang-matang sebelum ambil langkah.
Beda Tegas dan Diktator
Sebuah kekeliruan ketika menyebut tegas sama dengan diktator. Karena pada dasarnya diktator itu hanya mengedepankan hawa nafsu, pengen ini itu tanpa memikirkan orang lain. Kepemimpinan dengan sikap diktator hanya membentuk masyarakat yang bermasalah. Sangat penting difahami tentang hal ini, terutama untuk yang memiliki tanggung jawab dalam memimpin. Pemimpin harus memiliki sikap tegas. Bayangkan saja ketika kapten kapal bingung mau belok ke mana. Akhirnya, kapal malah jadi arung jeram tanpa arah yang jelas. Jadi harus dipadu antara sikap tegas dan bijaksana.
Kesimpulannya, seseorang harus memiliki sikap tegas dalam mengambil keputusan, tapi juga harus menjaga keseimbangan dan tidak menjadi diktator. Terakhir, harus ditanamkan kedalam memori kepala nasehat ini bahwa daripada ragu-ragu, lebih baik difikirkan matang-matang agar tidak nyasar seperti mobil kocar-kacir. Ingat, di balik sikap tegas yang bijak, terdapat jalan terarah menuju kesuksesan.