Tiga Cara Membaca Buku ala Imam Nawawi

Date

Beberapa hari yang lalu, tepatnya pada Jum’at, 28 Juli 2023, Imam Nawawi menjadi salah satu pembicara dalam acara Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Pemuda Hidayatullah (Pemhida) tahun 2023.

Rakernas Pemhida ini merupakan yang pertama di bawah kepemimpinan Rasfiuddin Sabaruddin, periode 2023-2026. Periode sebelumnya, 2020-2023, Pemhida dipimpin oleh Imam Nawawi.

Imam Nawawi atau yang memiliki nama pena Mas Imam Nawawi ini diundang untuk berbicara tentang “Meningkatkan Efektivitas dan Kepemimpinan dalam Berorganisasi”. Seperti biasanya, Imam menyampaikan materi dengan penuh semangat dan menggelora.

Selain dikenal sebagai orang yang pernah memimpin Pemhida tingkat pusat, Imam sangat populer sebagai seorang penulis produktif. Setiap hari ia menulis di web pribadinya, www.masimamnawawi.com. Tulisan-tulisannya juga nyaris saban hari “nongkrong” di Republika dan aneka media lainnya.

Imam memulai pemaparannya ba’da shalat isya. Uraiannya berhasil membuat peserta yang merupakan perwakilan pemuda dari Sabang sampai Merauke tidak ngantuk bahkan menyimak dengan sangat antusias. Di sesi diskusi, banyak peserta mengangkat tangan untuk bertanya.

Salah satu pertanyaan yang muncul ialah, tentang bagaimana cara membaca yang efektif sehingga bisa mengasah untuk berpikir lebih sistematis. Dengan riang gembira Imam memberikan jawabannya;

“Teman-teman, membaca itu ada tiga tingkatan cara. Yang pertama ialah membaca untuk menangkap energi. Dalam konteks ini, tidak perlu membaca buku dari awal sampai akhir. Tetapi kita mengambil kalimat-kalimat yang memang penting sesuai dengan kebutuhan kita,” ungkapnya.

 

Ketua Umum PP Pemhida ke-6 ini memberikan contoh empiris dengan pengalaman dan profesi pribadinya sebagai Humas Baitul Mal Hidayatullah (BMH). Menurutnya, sebagai Humas BMH, penting baginya untuk membaca buku yang memiliki kaitan dengan sedekah dan zakat.

“Contoh, saya sebagai Humas BMH, saya butuh sekali narasi-narasi tentang pentingnya sedekah dan zakat. Apa kemudian yang saya baca? Saya ke Gramedia dan lihat ada buku autobiografi Yusuf Qardhawi. Beliau bercerita di dalam bukunya bahwa di kampung beliau sejak beliau lahir itu ada dua tradisi utama yang berlangsung. Yang pertama adalah baca Al-Qur’an dan yang kedua ialah sedekah,” ucap pria yang pernah menjadi santri di Tenggarong ini.

“Sampai setiap hari itu kalau tidak ada orang yang datang ke rumahnya, maka dipanggil dan dicari dari desa sebelah supaya bisa datang makan di rumahnya. Artinya apa, anda cari bacaan yang bisa mendukung kebutuhan anda. Apa yang saya baca dari buku itu masih ingat sampai sekarang, kenapa? Karena saya membaca sesuai kebutuhan,” lanjutnya.

Menurut Imam, yang kedua ialah membaca untuk mengasah kemampuan berpikir. Apabila bertemu dengan topik yang sulit dimengerti, itulah justru yang harus dibaca. Baca berulang-ulang sampai mengerti.

“Kalau antum punya tema dalam buku yang sulit dipahami, itulah yang harus dibeli. Tidak paham, baca lagi, untuk kita bisa memahami apa kira-kira spirit dan ruh dari penulis buku,” papar Magister Pendidikan jebolan Universitas Ibnu Khaldun Bogor ini.

Dalam pandangannya, membaca tema yang sulit dipahami bertujuan untuk latihan mengasah pikiran. Kita ini sulit berpikir karena tidak terbiasa dilatih. Sehingga kalau ditanya, sulit memberikan jawaban yang sistematis.

Cara membaca yang ketiga, menurut Imam, ialah membaca dari awal sampai akhir secara keseluruhan. Ia juga memberikan rekomendasi buku bacaan, menurutnya, buku biografi para pahlawan sangat bagus dibaca sebagai langkah awal membangun budaya membaca.

“Bagusnya untuk sementara, karena proses membangun budaya, baca saja biografi-biografi para pahlawan itu. Ini juga yang sering direkomendasikan oleh Bapak Pemimpin Umum, Abdurrahman Muhammad,” pungkasnya.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

More
articles

id_ID
id_ID
Scroll to Top