Menyambut Bonus Demografi: Maraknya Tema-tema Entrepreneurship

Date

Oleh: Rizki Ulfahadi (Santri Pesmadai Ciputat | Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

SEBAGAI negara yang besar dan bermartabat, Indonesia memiliki harapan dan peluang kuat untuk menjadi lebih baik walaupun dengan ribuan tantangannya. Sekarang tayangan-tayangan di televisi dan media sosial selain ramai tentang kedamaian Ramadhan juga masih kental mengenai informasi-informasi terorisme yang menghantui republik ini.

Walaupun menghantui, sebagai orang yang beriman tentu masyarakat Indonesia tidak takut dengan yang namanya hantu, ketakutan total makhluk beriman hanyalah kepada Tuhan. Kita anggap bahwa semua sesuatu yang menghantui itu sebagai sebuah tantangan yang harus segera dituntaskan sedini mungkin. Tidak hanya terorisme, tapi juga tantangan-tantangan besar lainnya di bidang sosial, politik dan ekonomi.

Bahkan di saat Indonesia sedang semangat-semangat nya memantaskan diri untuk menghadapi bonus demografi yang diperkirakan terjadi dari tahun 2020-2030, ada yang memprediksikan negara ini bubar di tahun puncak bonus demografi 2030. Tidak ada masalah dengan prediksi itu, prediksi itu kita jadikan reminder dan pemupuk optimisme bangsa dalam melakukan upaya lebih lagi untuk menyambut bonus demografi.

Dewasa ini yang ramai menjadi tema-tema pembahasan di Indonesia adalah mengenai entrepreneurship, banyak yang menyadari bahwa Indonesia sangat membutuhkan orang-orang yang handal dalam bidang ini dalam menghadapi bonus demografi.

Di Indonesia sudah banyak politikus-politikus terkenal, tapi masih kurang sosok yang menjadi inspirasi bangsa sebagai seorang entrepreneur yang mampu menjadi garda penopang ekonomi. Tidak hanya di kalangan-kalangan pengusaha, tema-tema entrepreneurship ramai diperbincangkan di berbagai kalangan dengan latar belakang yang berbeda sekalipun.

Optimisme menyambut bonus demografi dengan entrepreneurship ini juga dilakukan oleh kalangan santri, dengan semangat siapapun bisa menjadi entrepreneur dan apapun profesinya bisa tetap menjadi entrepreneur. Setidaknya jiwa-jiwa entrepreneur atau kesadaran entrepreneur harus kita galakkan di tengah masyarakat walaupun belum bisa menjadi pelaku aktif secara langsung.

Optimisme menyambut bonus demografi tersebut juga dilakukan oleh santri-santri di Pesantren Mahasiswa Da’i (PESMADAI) yang tersebar di Ciputat, Depok dan Jakarta Selatan. Pada hari Minggu kemarin, tanggal 13 Mei 2018 dilaksanakan Entrepreneurship Training For Youth yang ketiga kalinya di PESMADAI Ciputat, lembaga yang banyak menebar kebermanfaatan di kalangan mahasiswa ini mengangkat tema “Tantangan Kaum Muda di Era Ekonomi Digital” dengan menghadirkan pembicara-pembicara yang mumpuni dengan sejuta pengalaman dan sangat menginspirasi.

Asih Subagyo salah seorang pembicara yang merupakan CEO HG Corpora, memaparkan dengan begitu jelas bagaimana langkah-langkah untuk menjadi entrepreneur yang berbasis teknologi dan juga apa-apa saja peluang serta kendala kaum muda di era digital seperti sekarang ini.

Asih Subagyo mengibaratkan bonus demografi sebagai “kue” yang harus direbut oleh para pemuda muslim khususnya, pemuda harus mengambil peran demi keadilan dan pemberdayaan ekonomi umat. 

Imam Nawawi (Founder Kita Media Publishing) yang juga sebagai pembicara di kegiatan itu menyampaikan kutipan dari Larry Alton dalam catatannya yang berjudul 10 Steps to Becoming a Successful Entrepreneur menyatakan bahwa cara untuk sukes menjadi seorang entrepreneur adalah apabila diri mampu bekerja keras dan tekun.

Kegiatan-kegiatan serupa seperti yang dilaksanakan oleh PESMADAI ini banyak dilakukan diberbagai daerah Indonesia belakangan ini, dan memang untuk menyambut bonus demografi Indonesia harus benar-benar siap terutama Sumber Daya Manusia (SDM) kaum mudanya.

Kaum muda sangat menentukan dan menjadi harapan besar bagaimana Indonesia di tahun 2030. Benar bubar seperti prediksi yang beredar ramai akhir-akhir ini atau menjadi bangsa dengan kekuatan ekonomi kuat di dunia.

Superioritas diri kaum muda generasi milenials hari ini harus benar-benar diasah dan dituntut agar  tidak hanya siap menghadapi tantangan tapi juga menjawab tantangan dengan ide-ide besar yang terealisasikan.*

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

More
articles

Scroll to Top